Phases of a Data Analysis and Machine Learning Project for Business Insights

The digital age is characterized by vast amounts of data, with businesses and industries increasingly seeking to capitalize on this treasure trove of information. Successfully harnessing the power of…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




Seseorang yang rapuh

Setelah mengirim pesan tadi dengan buru-buru tassya segera mengambil sepeda motornya yang sudah sedikit berdebu karna sudah lama tidak dipakai oleh pemiliknya. Motor jadul astrea grand tahun 1993 yang turun temurun dari almarhumah sang kakek hingga berada di tangan sang ayah dan sekarang berada di tangan tassya, motor itu sudah menemani tassya dari dirinya kelas 2 SMP hingga sekarang yang mana selama bertahun tahun ini selalu menemani tassya kemanapun dan dimanapun ketika tassya bepergian.

Dengan penuh kelajuan tassya sudah sampai di apartement sang kekasih, ia sangat khawatir hingga lupa melepaskan helm yang bertengger dikepala cantiknya.

"helm lo, lepas" ucap natan mengingatkan tassya yang mana langsung membuat tassya memegang kepalanya dan tersenyum menunjukkan deretan giginya.

"hehe, lupa" kekehnya.

"ngapain kesini? Gue nggak nyuruh lo kesini bukan?" tanyanya pada tassya sambil menggulung lengan kemejanya.

'ih gantengnya pacarku, kenapa harus pakai kemeja sih kan bikin dag dig dug jantungku' batin tassya menatap sosok didepannya dengan penuh memuja.

"to the point sya" ucapnya lagi mengalihkan perhatian tassya.

"ya kayak yang gue bilang di wa tadi, elo gapapa kan? Ada yang luka? Maafin tania ya.. Gara-gara gue lo jadi gini. Seriusan gue gatau kalau dia bakal nyamperin ke apart lo beneran. Apapun deh gue lakuin asal lo maafin gue, ya natan ya?" ucap tassya sembari mengelilingi natan memeriksanya disetiap sudut tubuh natan takut-takut ada yang terluka atas tindakan tania.

"sya" panggilnya yang mana tassya menatap binar natan yang menunjukkan kekosongan, tatapannya sendu.

"ya?" jawab tassya mengalihkan fokusnya ke arah natan yang duduk disampingnya.

"gue salah ya?" tanyanya membuat tassya bingung.

"salah? Tentang kemarin ya? Gapapa nat gue udah maafin lo, lo ada apa? Mau cerita?"

"cowok kalau nangis itu lemah ya?" tanyanya lagi semakin membuat tassya bingung.

"siapa yang bilang? Cewek maupun cowok itu sama-sama manusia sama-sama mempunyai perasaan. Lemah ya katanya? Nggak nat, nangis itu hal yang normal, kita sedih itu wajar karna semua manusia juga pasti bisa nangis mau sekuat apapun dirinya karna manusia nggak ada yang sempurna. Sekuat apapun seseorang dia juga memiliki sisi rapuhnya" jelas tassya.

Dibawanya tubuh yang lebih besar darinya itu menuju pelukannya, menepuk pelan punggungnya yang bergetar hebat itu memberikan ketenangan sembari mengucapkan kecil kata-kata penenang di samping telinga sang kekasih yang sedang terisak di dadanya.

"nangis dan ceritain semuanya sampai lo puas, gue bakal selalu disisi lo menjadi pendengar yang baik"

Sambil mendengarkan keluh kesah natan, tassya menatap luar jendela yang mana awan menghitam sembari mengeluarkan butiran air, seakan tahu jika ada seseorang yang sedang bersedih disini. Semesta juga seakan-akan mempunyai perasaan....

Hujan deras pun terjadi, tassya memandangi mata yang tertutup kelopak itu dengan tatapan sendunya, campur aduk rasanya. Natannya, tadi ia bercerita tentang kehidupannya yang tertutup, rupanya natan tidak sebrengsek apa yang teman-temannya katakan.

Seorang natanio ghiofan, sesosok ketua gangster yang sangat dikenal banyak orang ternyata mempunyai sifat yang rapuh, sangat berbeda dengan kehidupannya jika diluar.

Keluarganya, ibunya seorang desainer terkenal dan ayahnya seorang presdir sekaligus pemegang perusahaan yang hanya gila kerja, tidak ada waktu untuk anak-anaknya yang haus akan kasih sayang. Hidup natan memang terjamin nikmatnya akan uang yang selalu melimpah tetapi tidak dengan perasaannya. Ia juga ingin bercengkrama di meja makan bersama keluarganya, sungguh hal yang sederhana bukan? Baginya itu sangat sulit.

Seorang remaja labil sepertinya tentu akan sangat membutuhkan dukungan dari kedua orang tuanya, tapi tidak, natan tidak mendapatkan dukungan itu, tidak ada yang mendukungnya, dirinya pun enggan memberi semangat.

Mansion utamanya, dimana yang seharusnya diisi dengan keluarganya, orang-orang tersayangnya tapi kini tidak lagi. Satu persatu kesayangannya akan meninggalkan dirinya sendiri di mansion besar itu, ayahnya, ibunya, maupun adiknya pergi begitu saja membiarkan dirinya kesepian. Mansionnya besar, ruanganya lengkap namun tak pernah terpakai yang mana hanya dibersihkan saja oleh art. Merasa muak natan memutuskan untuk tinggal sendiri di apartement yang tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil, sekarang ia merasa nyaman dengan kehidupan barunya.

Tassya hanya tahu itu saja, setelah menceritakan itu natan sudah tertidur pulas dipelukannya. Ia terus saja memandangi wajah tampan natan yang masih sembab bekas air mata, dia jadi tidak tega untuk meninggalkan natan sendirian disini.

Setelah hujan deras langit menjadi sangat cerah kembali, daripada berdiam diri tassya menelusuri ruangan yang ada di apartement natan, ia berjalan ke arah pojok kamar natan dimana letak keranjang pakaian kotor. Diambilnya rak tersebut lalu dibawanya menuju mesin pencuci pakaian. Selagi menunggu mesin itu bekerja tassya mengecek isi kulkas dan rak penyimpanan makanan yang ternyata hanya ada telur dan mie instan saja. Untungnya ada sedikit beras yang masih cukup untuk natan makan malam hari nanti.

Pukul 19.00 natan keluar dari kamarnya mencari keberadaan tassya, tapi ia tidak menemukan sosok kekasihnya itu. Ia berjalan menuju dapur dimana ada tudung saji yang tak pernah ia pakai sebelumnya, dibukanya tudung saji itu lalu sebuah piring yang berisikan nasi dan telur orak arik juga ada notes kecil bertempelan di atas meja makan.

Dibacanya notes kecil itu yang ia yakini si penulis tersebut adalah tassya.

"jangan lupa dimakan ya, tadi gue pinjam dapurnya tapi udah gue beresin kok. Lain kali stok makanan yang sehat ya jangan mie instan terus. Dan jangan lupa angkat jemuran disamping kamar mandi, udah kering kayaknya soalnya pakai pengering, maaf ya gue pinjam dapur sama mesin cuci lo nggak bilang dulu. Gue pulang yaa.... Jaga diri baik-baik kalau perlu sesuatu chat gue."

"tassya...." gumamnya kecil

Add a comment

Related posts:

Overcoming Imposter Syndrome in Our Careers

We are discussing Imposter Syndrome today, a commonly widespread psychological phenomenon that affects many of us, particularly in our professional lives. It’s something that tends to arise…

My Husband Treated Me Like an Obligation

My friends and I are having lunch. All three of their cell phones ring within a ten-minute time frame. It’s a mere coincidence that each call is from a husband checking in. By the look on their…

Returning to School to Advance Your Career

You work hard for your money, so every penny counts. However, some spending is easier to do than others. Deciding to buy someone a small gift or treat yourself to a nice meal is easy, but moving…