Christmas in Ukraine.

There are many things to do in Kyiv during New Year. Christmas market is different from what I saw last year. Many interesting features of designers, new DJ’s and many delicious food. What I like the…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




Steven Gerrard Yang Tidak Akrab Dengan Perayaan Besar

Setiap orang pasti punya hari penting dalam hidupnya. Momen ulang tahun ke-17, momen pernikahan, momen kelahiran anak, momen ketika wisuda, atau hal-hal yang mempunyai tempat istimewa dalam laci memori diotak kita.

Momen seperti itu biasanya akan disambut dengan gegap gempita, akan dipersiapkan dengan sungguh-sungguh, akan memakai kostum terbaik, dandanan paling cantik, dan susunan acara yang memukau sehingga sulit untuk dilupakan.

Tidak terkecuali dengan pemain sepakbola satu ini. Sosok legenda Liverpool yang membuat gue secara personal suka terhadap sepakbola dan bukan cuma gue, tapi mayoritas anak-anak 2000an akan mengidolakan sosok ini.

Tendangan super kencang nan akurat, tendangan bebas mematikan dan umpan-umpan yang memanjakan sudah menjadi ciri khas dari seorang yang akrab dipanggil dengan Stevie G ini.

Namun dibalik semua kesuksesannya yang tentu sudah sangat sering dibahas oleh dunia, disini gue mau menulis tentang Gerrard yang “apes” dihari spesialnya.

Kalau diawal tulisan gue menulis tentang bagaimana manusia seharusnya ketika hari penting, maka Stevie G juga melakukan hal tersebut. Namun sayangnyaa….. yaaaa begitulah

Kita mulai dari hari penting Gerrard bersama Timnas Inggris. Timnas yang bertabur bintang namun tidak pernah menjadi apa-apa. Bintang-bintangnya bersinar terang namun pada akhirnya meredup tanpa pernah dinikmati keindahannya.

14 November 2012. Hari penting bagi seorang Steven Gerrard. Swedia melawan Inggris dalam tajuk laga persahabatan. Panggung mewah untuk Gerrard karena itu merupakan laga ke-100nya bersama Timnas Inggris.

Laga itu merupakan pembukaan untuk stadion baru Swedia, bernama Friends Arena. Nama stadion yang terdengar begitu ramah namun tidak pada kenyataannya.

Hasil akhir adalah kemenangan bagi Swedia dengan skor 4–2. Bukan hanya skornya yang begitu mencolok, namun Inggris dikalahkan dengan tendangan sebuah gol yang sangat Zlatan Ibrahimovic. Gol salto yang dilakukan dari jarak 30 yards! Alih-alih sebagai laga yang manis untuk memperingati caps ke-100nya bersama Inggris, orang-orang justru lebih ingat gol salto seorang Zlatan ke gawang Joe Hart. Nasib…

Okeyy… lanjut maju 1 tahun berikutnya… kali ini kita akan kembali ke kota Liverpool *seruput kopi*

Musim 2013/2014….. tahun itu ingin sekali dilupakan, tapi momen indahnya juga sayang untuk dibuang. Gue akan sedikit saja membahas musim itu…

2013/2014 adalah musim dimana harapan yang telah lama dipadamkan kembali dihidupkan. Iman yang sudah mulai turun kembali menyala-nyala. Musim dimana para fans Liverpool berkata “ini musim kita!”. Akhirnya bagaimana? Ah… kalian sudah tahu persisnya bagaimana.

27 April 2014. Liverpool akan menjamu tim biru dari London, Chelsea. Liverpool memakai jaket tebal karena sedang berada di ketinggian. Puncak klasemen! Hanya menyisakan 3/4 laga lagi untuk menjadi juara. Pemutus dahaga gelar selama berpuluh-puluh tahun. “Waktu berbuka puasa sebentar lagi”. Itu yang ada dibenak fans Liverpool seantero jagat.

Liverpool akan diprediksi menang mudah, mengingat Chelsea 2.0 nya Mourinho tidak sehebat dulu. Namun, begitulah Mou. Tidak perduli bagaimana mainnya, yang terpenting adalah hasil akhir.

Laga berlangsung 1 arah. Liverpool menguasai bola, Chelsea hanya menumpuk pemain dibarisan pertahanan. Brendan Rodgers pelatih Liverpool kala itu berucap setelah laga bahwa Mourinho memarkir 2 bus dizona bertahan.

Petaka datang kepada Liverpool menjelang babak pertama usai. Ketika Liverpool sedang asyik menguasai bola, berawal dari kaki Sakho yang melakukan passing kepada Steven Gerrard yang tepat berada ditengah lapangan, entah karena ada kulit pisang atau rumputnya baru saja dipel, Steven Gerrard terpeleset dan bola jatuh dikaki Demba Ba yang kemudian berlari sendirian dan dengan gampang memasukkan bola ke gawang Mignolet. Chelsea unggul 0–1 dibabak pertama karena kesalahan kapten.

Babak kedua sama saja, menjelang akhir laga Chelsea malah menambah keunggulan menjadi 0–2. Liverpool yang seharusnya berpesta akhirnya malah terluka. Huft..

Terpelesetnya Gerrard menjadi salah satu penghambat Liverpool menjadi juara pada musim itu. Kejadian yang tak akan dilupa. Mimpi yang tinggal sedikit lagi diraih, menguap begitu saja. Waktu yang sebentar lagi berbuka, namun matahari ternyata seolah kembali naik. Puasa terpaksa harus berlanjut. Mimpi Sang Kapten untuk juara Liga Inggris, belum terlaksana.

Hmmm… baiklah..

Lanjut ke musim berikutnya. 2014/2015. Terlalu banyak momen menyebalkan dalam musim ini. Dari desain jersey yang bisa dibilang jelek, penampilan tim yang jeblok setelah kehilangan Suarez, atau transfer-transfer konyol yang dilakukan Liverpool. Tapi gue cuma mau mengambil 3 momen saja dari banyaknya momen abstrak musim itu.

Momen pertama adalah ketika laga Liverpool vs Man Utd pada 22 Maret 2015. Ini merupakan laga terakhir Steven Gerrard melawan musuh bebuyutannya.

Gue inget banget, sebelum laga ini gue pengen ngeliat Steven Gerrard tampil abis-abisan, nyetak gol atau tampil bagus. Biar bisa dikenang dengan baik.

Steven Gerrard tidak tampil sebagai starter pada laga itu. Dia masuk sebagai pemain pengganti dibabak kedua. Eeiitsss….. tunggu sebentar. Disinilah momen konyol itu terjadi.

Steven Gerrard masuk tepat dibabak kedua. Hanya berada dilapangan kurang lebih 30 detik saja sebelum dikartu merah karena menginjak kaki seorang Ander Herrera. 30 detik ?! Oh come on !

Laga terakhir melawan rival terberat, di kandang, mendapat kartu merah setelah hanya beberapa detik bermain, kemudian Liverpool kalah. Ohhh…. Menjadi Steven Gerrard tidaklah mudah.

Gerrard: it’s fine.. I’m Ok.

Oke lanjut ke momen berikutnya. Laga terakhir Steven Gerrard di Anfield.

16 Mei 2015. Laga terakhir bagi Gerrard bermain di Anfield. Laga spesial, laga emosional bagi seluruh fans Liverpool. Sang Kapten tidak akan lagi bermain di Anfield setelah ini sebagai pemain Liverpool profesional. Ban Kapten tidak akan lagi dilengan kiri seorang Scouser bernomer 8.

Anfield menyambut dengan meriah. Mozaik bertema Gerrard menghias tribun. Banner dan spanduk ucapan terimakasih berkibar dan terpampang di Anfield.

Namun, laga yang seharusnya berakhir indah, lagi-lagi berakhir kurang manis ( Whyy??!!! ). Liverpool takluk 1–3 ditangan Crystal Palace. Sungguh, Palace adalah tamu yang kurang ajar. Laga perpisahan Steven Gerrard di Anfield ditulis dibuku sejarah dengan kekalahan. Anfield bersedih kehilangan Gerrard dan juga bersedih Gerrard mengakhiri laga di Anfield dengan sebuah kekalahan.

Sampai sini saja nampaknya sudah sangat memprihatinkan.

Baiklah… kita sampai pada bagian terakhir yang tidak kalah tragisnya.

TRAGEDI BERDARAH DI BRITANIA STADIUM *ngomong ala-ala film horor*

Bulan Mei tanggal 24 tahun 2015. Premier League memasuki tahap terakhir, pekan ke 38. Semua tim akan memainkan laga pamungkasnya, tak terkecuali Liverpool yang akan bermain di kandang Stoke City. Laga ini juga merupakan hari terakhir Steven Gerrard bermain bersama Liverpool. Lagi dan lagi, hari penting untuk Stevie G…

Pada laga kali ini, Liverpool mengenakan jersey terbaru keluaran New Balance. Jersey ketiga untuk musim depan. Berwarna hitam dan elegan. Namun, nampaknya warna hitam itu harusnya sudah menjadi pertanda. Bahwa akan ada kejadian kelam pada hari itu.

Steven Gerrard mencetak gol pada laga itu. Gol terakhirnya bagi Liverpool diakhir karirnya. Terdengar indah memang jika cerita ini dihentikan sampai disini. Tapi jika kita melihat hasil laga, maka hal menyedihkanlah yang terjadi. Gol Gerrard menjadi satu-satunya gol Liverpool pada laga itu. Bagaimana dengan Stoke? Mereka mencetak 6 gol. Iya. Enam gol! Enam kali pemain Stoke City dan fansnya bersorak. Seakan tidak punya hati nurani, padahal Gerrard memainkan partai terakhirnya.

Entah bagaimana seorang Gerrard menjelaskan kepada anak-anaknya nanti, bahwa Ia menutup karir diklub yang dibelanya selama 16 tahun lebih dengan dibantai sadis oleh tim biasa-biasa saja.

Yap. Begitulah kisah Gerrard dengan hari-hari pentingnya. Menyenangkan, bukan? Tidak akan dilupakan seumur hidup. Gerrard tahu persis bagaimana harus apa dihari istimewanya. Hehe..

Gue adalah penggemar Steven Gerrard. Menyenangkan rasanya mengidolakan sosok legenda yang sangat berpestasi, namun juga mempunyai sisi cerita yang menarik untuk dilihat.

Gerrard melakukan hal yang juga dilakukan oleh orang normal pada umumnya. Membuat hari spesialnya tak terlupakan, namun dengan cara yang sedikit berbeda. Ketika orang lain melakukan dengan cara manis, Gerrard melakukannya dengan sedikit pahit. Persamaanya? Sama-sama tidak akan dilupakan.

Mungkin Stevie G menganut paham seperti Kurt Cobain

Mungkin sajaa…. Hahahaha…

Tapi, terlepas dengan semua insiden-insiden itu, Steven Gerrard adalah seorang legenda besar. Bagi Liverpool, Inggris dan dunia olahraga.

Salah satu tandanya adalah, dia menjadi bahan bercandaan dan olok-olok karena kejadian-kejadian konyolnya.

Kok gitu ?

Ya.. Kalau Stevie G adalah adalah pemain biasa-biasa saja, apapun yang dia dilalukan, dia tidak akan mendapatkan perhatian.

*seruput kopi*

Add a comment

Related posts:

Two Presidents

Where half of the country will listen to Biden and continue to publish hate articles and videos against Trump. And the other half of the country will listen to Trump and continue to publish hate…

Learning from the Pros

As we embarked on the journey of creating an AI that can create music tailored to a client’s content — specifically mobile games to begin with — it seemed capital to get to know more about the job of…